Carlo Ancelotti, salah satu pelatih sepak bola paling berpengalaman dan sukses di dunia, dikabarkan mengalami berbagai kendala serius dalam rencananya untuk melatih Timnas Brasil.
Dua faktor utama yang menjadi penghalang utama adalah polemik mengenai tempat tinggal yang harus diatur saat melatih Brasil dan ketidakstabilan politik di Konfederasi Sepak Bola Brasil (CBF). Berikut ini. kami akan memberikan informasi menarik dan terbaru dari sepak bola yang pastinya telah kami rangkum di FOOTBOLSTOCK.
Kabar Gembira bagi pecinta bola, khususnya Timnas Garuda. Ingin tau jadwal timnas dan live streaming pertandingan timnas? Segera download!
Polemik Tempat Tinggal Menjadi Kendala Utama
Polemik mengenai tempat tinggal Carlo Ancelotti menjadi kendala utama dalam negosiasinya untuk melatih Timnas Brasil. CBF sebagai federasi sepak bola Brasil menegaskan bahwa pelatih kepala harus berdomisili di Brasil selama masa kontrak agar bisa lebih terlibat langsung dalam pengelolaan tim nasional. Namun, Ancelotti dan keluarganya merasa keberatan dengan syarat tersebut karena alasan keamanan dan kenyamanan pribadi.
Kekhawatiran tersebut berakar dari pengalaman pahit Ancelotti, khususnya insiden perampokan yang menimpa rumahnya saat ia masih menjadi pelatih Everton pada tahun 2021. Trauma tersebut membuat keluarganya merasa tidak nyaman tinggal di Brasil. Sehingga Ancelotti memilih untuk menetap di Eropa selama menjalankan tugasnya sebagai pelatih Timnas Brasil. Ia mencontoh pendekatan yang dilakukan oleh pelatih Argentina, Lionel Scaloni. Tetap tinggal di Spanyol meskipun memimpin Alviceleste dari luar negeri.
Ketidakstabilan Politik di CBF Menambah Kompleksitas
Ketidakstabilan politik di tubuh Konfederasi Sepak Bola Brasil (CBF) menjadi faktor penting yang menambah kompleksitas dalam negosiasi Carlo Ancelotti untuk melatih Timnas Brasil. Pada tahun 2023, Ancelotti hampir saja menandatangani kontrak dengan CBF. Namun rencana tersebut gagal tercapai karena pergolakan internal yang melibatkan pencopotan sementara Presiden CBF, Ednaldo Rodrigues, akibat masalah hukum. Perubahan kepemimpinan ini menciptakan ketidakpastian besar dalam manajemen dan arah kebijakan federasi.
Ketidakpastian politik di CBF membuat Ancelotti dan timnya merasa ragu untuk mengambil keputusan bergabung dengan timnas Brasil. Situasi tersebut dipandang sebagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas kerja dan keberlanjutan proyek kepelatihan. Presenter Selecao TV, Andre Rizek, bahkan menyatakan bahwa ketidakstabilan di tubuh CBF menjadi penghalang besar dalam proses negosiasi. Ini membuat Ancelotti cenderung menunda keputusan final karena kekhawatiran tersebut.
Baca Juga: Phallon Tullis-Joyce dari USWNT Memperpanjang Kontrak baru dengan Man United
Upaya Kesepakatan dan Implikasi Negosiasi
Carlo Ancelotti sempat mencapai kesepakatan prinsip dengan Timnas Brasil untuk menjadi pelatih kepala mulai Juni 2025, dengan fokus utama mempersiapkan tim menghadapi gelaran Piala Dunia 2026. Kesepakatan ini diungkapkan oleh sejumlah media dan jurnalis ternama. Menandakan bahwa sang pelatih berpengalaman siap meninggalkan Real Madrid setelah musim kompetisi berakhir. Harapan besar pun sempat muncul bahwa Ancelotti akan membawa perubahan positif bagi Brasil dengan pengalaman dan penguasaan pemain-pemain Brasil yang telah ia tangani di La Liga.
Namun, proses negosiasi itu akhirnya menghadapi kendala signifikan akibat tertundanya kepergian Ancelotti dari Real Madrid dan kontrak yang masih mengikat di klub Spanyol tersebut. Madrid dikabarkan enggan membayar kompensasi untuk pemutusan kontrak lebih awal, sehingga Ancelotti terpaksa harus menyelesaikan musim bersama Los Blancos. Sementara itu, pihak CBF yang mengharapkan pelatih baru telah siap memimpin pada jadwal kualifikasi Piala Dunia pada Juni. Merasa waktu semakin sempit dan sulit menunggu kepastian kepindahan Ancelotti.
Akibat kebuntuan tersebut, CBF mulai mempertimbangkan opsi lain dan melirik kandidat pelatih alternatif, seperti Jorge Jesus dari Portugal. Ia dianggap sebagai pilihan potensial jika Ancelotti akhirnya batal. Situasi ini menunjukkan betapa rumit dan dinamisnya negosiasi transfer pelatih di level tim nasional yang melibatkan kepentingan berbagai pihak, termasuk klub, federasi, serta kondisi pribadi pelatih itu sendiri.